A. Strategi pendidikan
Istilah strategi (strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos, merupakan gabungan kata"stratos" (militer) dengan "ago" (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan (to plan). strategi merupakan sebuah pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan. Strategi yang diterapkan dalam pendidikan Islam merupakan upaya untuk membentuk manusia yang dapat memahami diri sendiri dan orang lain.
Jadi, strategi pendidikan adalah sebuah pola yang sudah terencana dengan matang kemudian ditetapkan sebagai landasan untuk melaksanakan sistem pendidikan yang menyangkut tindakan atau kegiatan.
B. Tujuan pendidikan Islam
Pendidikan Islam merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran Al-Quran dan sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insan-insan kamil setelah proses pendidikan berakhir. H.M. Arifin menyebutkan bahwa tujuan proses pendidikan islam adalah "idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahap.
Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan dalam bukunya "Educational Theory a Qur'anic outlook", bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk serta patuh secara total kepada-Nya.
C. Pendekatan-pendekatan dalam pendidikan Islam
a. Pendekatan filosofis
Berdasarkan pendekatan filosofis, pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi proses tentang kependidikan yang didasari dengan nilai-nilai ajaran Islam menurut konsepsi filosofis, bersumber pada kitab suci Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Pendekatan filosofis ini memandang bahwa manusia adalah mahluk rasional atau "homo rational" sehingga segala sesuatu yang menyangkut pengembangannya didasarkan kepada sejauh mana pengembangan berfikir dapat dikembangkan.
Pendekatan filosofis, Al-Quran memberikan konsep secara konkrit dan mendalam. Terbukti dengan adanya penghargaan Allah SWT. kepada manusia yang selalu menggunakan pemikirannya (rasio). seperti dalam surah Al.Baqarah ; 269 yang artinya "Allah menganugerahkan Al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar Telah dianugerahi karunia yang banyak. dan Hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)" (Q.S Al-Baqarah: 269).
b. Pendekatan Sosio-kultural
Pendekatan ini bertumpu pada pandangan bahwa manusia adalah mahluk yang bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga dipandang sebagai "homo socius" dan "homo sapiens" dalam kehidupan bermasyrakat dan berkebudayaan.
Pendekatan ini sangat efektif dalam membentuk sifat kebersamaan siswa dalam lingkungannya, baik di sekolah maupun di lingkungannya, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Pola pendekatan ini ditekankan pada aspek tingkah laku di mana guru hendaklah dapat menanamkan rasa kebersamaan, dan siswa dapat menyesuaikan diri, baik dalam individu maupun sosialnya.
c. Pendekatan fungsional
Sesuai dengan pengertian fungsional yaitu "dilihat dari segi fungsi" Maka yang dimaksud dengan pendekatan fungsional dalam kaitannya dengan pendidikan Islam pada bab ini adalah "penyajian materi pendidikan Islam dengan penekanan pada segi kemanfaatannya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari"
Dengan berdasarkan kepada pendekatan ini, materi yang dipersiapkan untuk disampaikan kepada anak didik adalah materi yang sesuai dengan kebutuhan anak didik dalam kehidupan bermasyarakat. Karena harus disadari sepenuhnya, bahwa materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didik tidak hanya sekedar untuk memajukan aspek kognitifnya, tetapi juga untuk kelangsungan kehidupannya di masa-masa mendatang
d. Pendekatan emosional
secara terminology, pendekatan emosional merupakan usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya.
Melalui pendekatan emosional, setiap guru atau pendidik selalu berusaha untuk "membakar" semangat anak didiknya dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan tuntunan al-Quran. Memberikan sentuhan rohani kepada anak didik diyakini sangat besar konstrubusinya dalam memicu dan memacu semangat mereka dalam beribadah dan menuntut ilmu.
D. Macam-macam metode pengajaran
Dilihat dari segi langkah-langkah dan tujuan kompetensi yang ingin dicapai, terdapat sejumlah metode yang dikemukakan para ahli. Yaitu metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi, karya wisata, penugasan, pemecahan masalah, diskusi, simulasi, eksperimen, penemuan, dan proyek atau unit. Berbagai macam metode pengajaran ini secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara penyajian pelajaran, yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung dihadapan peserta didik. Ceramah dimulai dengan menjelaskan tujuan yang ingin dicapai, menyiapkan garis-garis besar yang akan dibicarakan, serta menghubungkan antara materi yang akan disajikan dengan bahan yang telah disajikan. Ceramah akan berhasil apabila mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari peserta didik, disajikan secara sistematik, menggairahkan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merespon serta motivasi belajar yang kuat dari peserta didik. Pada akhir ceramah perlu dikemukakan kesimpulan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, memberikan tugas kepada peserta didik serta adanya penilaian akhir.
2. Metode Tanya jawab
Dalam praktiknya, metode Tanya jawab ini dimulai dengan mempersiapkan pertanyaan yang diangkat dari bahan pelajaran yang akan diajarkan, mengajukan pertanyaan, menilai proses Tanya jawab yang berlangsung, dan diakhiri dengan tindak lanjut. Metode Tanya jawab banyak digunakan karena dapat menarik perhatian, merangsang daya piker, membangun keberanian, melatih kemampuan berbicara dan berpikir secara teratur, serta sebagai alat untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik secara objektif
.
3. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik yang sebenarnya maupun tiruannya.
Metode demonstrasi ini banyak digunakan dalam rangka mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses pengaturan dan pembuatan sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan juga untuk mengetahui dan melihat kebenaran sesuatu. Metode demonstrasi dilaksanakan dengan pertimbangan adanya tingkat perkembangan berpikir yang berbeda-beda yang dimulai dari yang konkret kepada yang abstrak.
4. Metode karyawisata
Metode karyawisata adalah cara penyajian pelajaran, dengan membawa siswa keluar untuk mempelajari berbagai sumber belajar yang terdapat di luar kelas. Istilah lain yang juga digunakan sama maksudnya dengan karyawisata adalah widyawisata dan study tour. Metode karyawisata ini sering dinilai sebagai bentuk pengajaran yang modern, yaitu bahwa pengajaran bukan hanya berlangsung di ruang kelas, melainkan juga di luar kelas. Pelaksanaan karyawisata ini didasarkan pada pandangan, bahwa pendidikan yang terdapat di sekolah tidak dapat dilepaskan dari berbagai kemajuan yang terdapat di masyarakat. Dengan karyawisata ini, para siswa akan mendapatkan wawasan dan pengalaman yang luas dan selanjutnya dapat digunakan untuk memperkaya pengajaran yang terdapat disekolah.
5. Metode penugasan
Metode penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar. Penugasan yang diberikan tersebut sebagai bentuk latihan agar suatu saat para peserta didik dapat melaksanakan tugas yang sesungguhnya di masyarakat. Tugas-tugas tersebut antara lain membuat laporan (report) ringkasan (resume) beberapa halaman dari topic, bab atau buku tertentu, membuat makalah, dll.
6. Metode diskusi
Metode diskusi adalah salah satu cara penyajian dengan cara menghadapkan peserta didik kepada suatu maslah yang dapat berbentuk pertanyaan yang bersifat problematic untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
E. Pendidik, anak didik, dan lingkungan pendidikan
1. pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di muka bumi, sebagai mahluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.
Pendidik mempunyai tugas yang sangat penting dalam proses pendidikan, diantaranya ialah:
a. Membimbing, mencari pengenalan terhadap kebutuhan dan kesanggupan belajar
b. Menciptakan situasi pendidkan yaitu kondusif, dimana seluruh tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik sehingga mencapai hasil yang memuaskan
c. Memiliki pengetahuan agama dan pengetahuan yang diperlukan untuk diamalkan dan diyakininya
2. Anak didik
Al- Ghazali mempergunakan istilah anak didik dengan beberapa kata; seperti al- shabiy (anak-anak), al-muta'allim (pelajar), Thalib al-'ilmi (penuntut ilmu pengetahuan). Oleh karena itu istilah anak didik dapat diartikan anak yang sedang mengalami perkembangan jasmani dan rohani sejak awal terciptanya hingga ia meninggal dunia. Syekh Al- Jarnuzi dalam kitab Ta'lim al- Muta'allim menerangkan sifat dan tugas dalam menuntut ilmu yaitu:
a. Tawadlu', iffah, sabar, cinta ilmu, hormat kepada guru dan sesame penuntut ilmu
b. Tekun belajar
c. Wara' (menahan diri dari perbuatan yang terlarang)
d. Punya cita-cita yang tinggi
e. Tawakkal
3. Lingkungan pendidikan
Lingkungan diartikan dengan segala sesuatu yang berada di luar individu anak didik yang memberikan pengaruh terhadap perkembangan dan pendidikannya. Sebelumnya, dalam sistem pendidikan Islam hanya dikenal tiga lingkungan pendidikan yaitu, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dalam pembaharuan sistem pendidikan Islam modern terdapat pengembangan lingkungan pendidikan yaitu lingkungan pendidikan individu dan Negara.
a. Lingkungan keluarga. Lingkungan ini merupakan lingkungan pertama yang dialami anak didik. Pendidikan keluarga sangat penting, sebab apa yang terjadi di dalam lingkungan tersebut membawa pengaruh terhadap anak didik baik di sekolah maupun lingkungan masyarakat. Di lingkungan keluarga, pemeliharaan dan pembiasaan sangat memegang peranan penting. Keluarga memegang peranan penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya, terutama orang tua, yaitu ibu dan ayah. Sejak seorang lahir, ibunya selalu ada di sampingnya.
b. Lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah memegang peranan penting untuk memenuhi kebutuhan dan merupakan kelanjutan dari pendidikan yang diterima di keluarga. Pendidikan di sekolah diarahkan untuk melatih perkembangan daya intelektual anak didik dengan memberikan materi yang sesuai dengan tingkat usia dan kematangan anak. Dalam belajar di sekolah, guru dan cara mengajarnya merupakan factor yang penting pula. Bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara mengajarkan pengetahuan itu kepada anak didiknya, bisa turun menentukan hasil belajar yang dapat dicapai.
c. Lingkungan masyarakat. Lingkungan ini juga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Perkumpulan dan persekutuan hidup masyarakat yang menghargai ajaran Islam akan menjadikan anak cinta dan rajin untuk mengamalkan ajaran Islam, demikian sebaliknya. Pada masa klasik banyak ilmuan muslim yang ahli ilmu umum maupun ilmu agama, hal ini didukung oleh factor lingkungan masyarakat yang kondusif. Pada masa modern ini Islam berupaya bangkit kembali meskipun upaya untuk mencapai hal itu sulit sekali karena lingkungan masyaraktnya telah banyak terpengaruh oleh budaya-budaya barat.
d. Lingkungan individu. Lingkungan ini merupakan lingkungan diri sendiri. unsur yang terdapat pada individu terdiri dari tiga aspek, yaitu:
a). aspek jasmaniah, meliputi tingkah laku luar yang tampak dan terlihat dari luar, misalnya cara berbuat, berbicara, dan lain-lain.
b). Aspek rohaniah, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup dan kepercayaan
c). Aspek kejiwaan, meliputi aspek-aspek yang tidak dapat dilihat dari luar, misalnya cara berfikir, sikap dan minat.
e. Lingkungan Negara. Lingkungan Negara termasuk lingkungan yang paling luas sebab lingkungan ini menyangkut nasional maupun internasional. Pendidikan diarahkan untuk membentuk warga Negara yang baik. Jika individu baik, masyarakt baik, maka Negara akan baik pula sehingga terwujud Negara yang adil, makmur dan sejahtera.
F. Sumber, media, dan alat pembelajaran
Sumber pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat memberikan informasi atau penjelasan, berupa defenisi, teori konsep dan penjelasan yang berkaitan dengan pembelajaran. Pada sistem pengajaran tradisional, sumber pengajaran tradisional, sumber pembelajaran masih terbatas pada informasi yang diberikan oleh guru ditambah sedikit dari buku. Sedangkan sumber belajar lainnya belum mendapatkan perhatian, sehingga aktifitas belajar siswa kurang berkembang. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar semakin berkembang seiring dengan terjadinya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan kreativitas manusia
a. Manusia
Yang dimaksud dengan sumber belajar manusia adalah orang yang secara langsung menyampaikan pesan-pesan pengajaran tanpa menggunakan alat lain sebagai perantara. Dalam hubungan ini terdapat orang yang secara khusus dipersiapkan sebagai sumber pengajaran melalui pelatihan, penataran, up-grading, dan sebagainya. Mereka itu antara lain dosen, guru, instruktur, tutor, narasumber dan lain sebagainya.
b. Material (bahan)
Material atau bahan sebagai sumber pengajaran adalah sesuatu yang memiliki pesan untuk tujuan pengajaran. Pesan pengajaran yang disampaikan kepada tersebut dengan menggunakan alat penampilan, seperti buku paket, audio-tape, video-tape, film, peta, bola dunia, grafik, dan sebagainya yang bersifat fisik material tersebut biasanya disebut juga sebagai media pengajaran.
c. Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan sebagai sumber belajar adalah tempat atau ruangan yang dapat mempengaruhi belajar siswa. Tempat dan ruangan yang dirancang khusus untuk pengajaran, antara lain bangunan sekolah, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, auditorium, ruang micro teaching, bank mini, ruang praktikum ibadah dan sebagainya
d. Alat dan peralatan
Alat atau perlengkapan yang dapat dijadikan sumber pengajaran ialah alat atau peralatan yang dapat digunakan untuk memproduksi sesuatu atau untuk menampilkan sumber-seumber lainnya. Alat dan perlengkapan yang digunakan untuk memproduksi sesuatu antara lain berupa kamera untuk memproduksi foto, tape recorder untuk merekam dan sebagainya. Sedangkan alat dan perlengkapan yang digunakan untuk penampilan sumber belajar lainnya antara lain slide projector untuk menampilkan slide program, proyektor film, pesawat televise dan lain sebagainya.
Arief, A. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat press
Junaedi, J. (2010). Strategi pendidikan Islamdi era globalisasi [personal blog]. Retrieved from http://jujunjunaedi86.blogspot.com/2010/06/strategi-pendidikan-islam-di-era.html.
Nata, A. (2009). Persepektif Islam tentang strategi pembelajaran. Jakarta: Kencana
Syafaat, A., Sahrani, S., & Muslih. (2008). Peranan pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Rajagrafindo persada