Yang Lebih Penting dari Internasionalisasi

JAKARTA - Berkurangnya mahasiswa asing yang menuntut ilmu di Indonesia merupakan keniscayaan dalam era teknologi informasi saat ini. 

Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Djoko Santoso, makin majunya peradaban membuat dunia pun makin datar (flat world). Kondisi ini adalah sesuatu yang tidak bisa ditolak siapa pun. 

Akibatnya, mahasiswa asing pun banyak yang memilih program double degree yang tidak mengharuskannya datang ke negara lain untuk berkuliah. 

"Ini perkembangan dunia, mengapa kita menolak sesuatu yang memang kita hadapi? Menurut saya, konsep menghadapi internasionalisasi hanya satu, kita harus lebih pintar," kata Djoko ketika berbincang dengan okezone di ruang kerjanya, kemarin. 

Mantan rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menilai, bukan masalah berapa jumlah mahasiswa asing yang masuk ke Indonesia, tetapi seberapa mampu kita sejajar dengan pendidikan negara lain. 

"Nah, kalau negeri kita ini menjadi sumber segalanya, termasuk ilmu pengetahuan, maka orang akan datang," tuturnya. 

Dalam US-Indonesia Higher Education Summit di Washington DC, Amerika Serikat (AS), beberapa waktu lalu, pemerintah AS mengeluhkan makin sedikitnya jumlah pelajar Indonesia yang menempuh studi di sana. Begitu juga sebaliknya, jumlah pelajar AS di Indonesia menyusut. 

"Saya katakan, AS harus menjadi tempat yang atraktif bagi pelajar Indonesia. Jika untuk memasuki negara itu saja sudah sulit, untuk apa kita pergi ke sana? AS juga harus menyadari di berbagai titik dunia lain banyak tempat yang lebih atraktif untuk dikunjungi. Jadi mereka juga harus bersaing agar pelajar Indonesia tidak pergi belajar ke Jepang, China, atau Eropa," papar pria berkacamata ini. 

Di sisi lain, imbuh  Djoko, Indonesia pun harus menjadi tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi, dan membuat orang merasa nyaman. Dengan demikian, maka jumlah pelajar asing di Indonesia pun akan terdongkrak.

source: Okezone.com