JAKARTA - Secara umum, kebijakan pendidikan di
Indonesia pada 2011 menunjukkan tiga gejala yakni percobaan dan
kegagalan (trial and error), reaktif (hit and run), serta cekik dan
peras (kick and rush).
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo dalam paparan refleksi pendidikan Tanah Air sepanjang 2011 menyampaikan, percobaan dan kegagalan maksudnya banyak kebijakan di bidang pendidikan yang bersifat coba-coba.
"Pendidikan kita dijalankan tanpa didahului kajian terhadap teori dan tidak didukung oleh studi empiris tentang feasibility dan acceptability," kata Sulistyo Gedung Guru Indonesia, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (28/12/2011).
Kemudian, kebijakan bersifat reaktif karena banyak program pendidikan yang dijalankan sebagai respon instan terhadap isu dan permasalahan sesaat. "Kebijakan tidak tersusun secara konseptual dengan perspektif jangka panjang," tuturnya.
Sementara cekik dan peras muncul seiring meningkatnya anggaran di dunia pendidikan. "Program-program yang disusun dan dijalankan, disinyalir 'diusahakan agar dapat disisakan' bukan substansial dan berbasis mutu," Sulistyo mengimbuhkan.
Pada kesempatan itu, PGRI juga menyampaikan berbagai refleksi atas pendidikan nasional baik dari sisi positif maupun negatif. Menurut Sulistyo, sedikitnya ada dua kebijakan penting dalam dunia pendidikan selama 2011.
"Pertama, penyatuan bidang kebudayaan dengan pendidikan di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan memberikan arah yang jelas bagi pendidikan sebagai upaya penyempurnaan kebudayaan sesuai nilai-nilai inti kebangsaan kita," ujarnya.
Kedua, lanjutnya, pemerintah akan memulai merintis Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi murid SMA, SMK, maupun MA pada 2012 dan akan berlaku penuh pada 2013.
"Melalui kebijakan ini, nantinya akses masyarakat ke dunia pendidikan akan semakin luas," katanya menandaskan.(rfa) (SOURCE)
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo dalam paparan refleksi pendidikan Tanah Air sepanjang 2011 menyampaikan, percobaan dan kegagalan maksudnya banyak kebijakan di bidang pendidikan yang bersifat coba-coba.
"Pendidikan kita dijalankan tanpa didahului kajian terhadap teori dan tidak didukung oleh studi empiris tentang feasibility dan acceptability," kata Sulistyo Gedung Guru Indonesia, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (28/12/2011).
Kemudian, kebijakan bersifat reaktif karena banyak program pendidikan yang dijalankan sebagai respon instan terhadap isu dan permasalahan sesaat. "Kebijakan tidak tersusun secara konseptual dengan perspektif jangka panjang," tuturnya.
Sementara cekik dan peras muncul seiring meningkatnya anggaran di dunia pendidikan. "Program-program yang disusun dan dijalankan, disinyalir 'diusahakan agar dapat disisakan' bukan substansial dan berbasis mutu," Sulistyo mengimbuhkan.
Pada kesempatan itu, PGRI juga menyampaikan berbagai refleksi atas pendidikan nasional baik dari sisi positif maupun negatif. Menurut Sulistyo, sedikitnya ada dua kebijakan penting dalam dunia pendidikan selama 2011.
"Pertama, penyatuan bidang kebudayaan dengan pendidikan di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan memberikan arah yang jelas bagi pendidikan sebagai upaya penyempurnaan kebudayaan sesuai nilai-nilai inti kebangsaan kita," ujarnya.
Kedua, lanjutnya, pemerintah akan memulai merintis Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi murid SMA, SMK, maupun MA pada 2012 dan akan berlaku penuh pada 2013.
"Melalui kebijakan ini, nantinya akses masyarakat ke dunia pendidikan akan semakin luas," katanya menandaskan.(rfa) (SOURCE)
No comments:
Post a Comment